Penulis : Subhan, Qatrin dan Sarah 

Purwakarta, 14/10/2023

Pembukaan Trip Observasi 2023

Berbeda dengan hari Sabtu  biasanya, Labschool Kebayoran kali ini disibukkan dengan kedatangan ratusan siswa berkepala plontos, sementara para siswi berkepang dua dilengkapi nametag dan tongkat. Sebagian dari mereka diantar oleh orang tua masing-masing, sebagian lagi memilih mandiri. Mereka adalah para siswa angkatan 23 yang kemudian menamakan dirinya dengan Angkatan Aksagarta. Aksagarta akan mengikuti kegiatan Trip Observasi di sebuah kampung tepatnya kampung Depok Barakan, Desa Bojong Timur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta. Sebuah kampung yang bersahaja di bawah kaki gunung Burangrang dengan ciri khas warganya yang ramah dan menerima dengan keterbukaan. 

Kehadiran Aksagarta  di Labschool Kebayoran disambut oleh panitia, OSIS, serta MPK dan melibatkannya dalam prosesi upacara pembukaan Trip Observasi 2023 yang dibuka langsung oleh Bapak Anggoro Budi Susilo, kepala penelitian dan pengembangan BPS YP-UNJ. Tepat jam 06.30 upacara pembukaan selesai, selanjutnya peserta menuju bus masing-masing untuk bergerak menuju lokasi Trip Observasi, Depok Barakan, Purwakarta.

Orientasi Medan

Sambutan Hangat 

Perjalanan Jakarta – Depok Barakan terbilang lancar, tepat jam 10.00 rombongan berhenti di sisi jalan dan seluruh peserta diminta turun untuk mengikuti orientasi medan. Inilah kesempatan awal peserta  menikmati suasana   khas perkampungan dengan latar pegunungan ditandai sawah yang berundak, kontur tanah yang berbukit, pepohonan yang melingkungi pesawahan, kolam dengan jamban di atasnya, rumah panggung, sungguh sangat menyejukkan walaupun musim panas masih menyelimuti dan sedikit debu yang kadang beterbangan. 

Sambutan alam pedesaan yang demikian indah disempurnakan pula dengan sambutan tetabuhan dari ibu-ibu setempat dalam seni tutunggulan, yaitu prosesi penyambutan tamu agung dengan memukul alu-alu ke lumpang sehingga menimbulkan suara bertalu-talu yang menyampaikan pesan ucapan selamat datang untuk para tamu, peserta Trip Obervasi, Bapak/Ibu guru, dan segenap panitia. 

Selanjutnya peserta mengikuti apel serah terima dari kepala sekolah SMA Labschool Kebayoran kepada Kepala Desa Bojong Timur, Bapak Dedi Junaedi, S.H. Dalam amanatnya Pak Risang menyatakan bahwa kehadiran peserta Trip Observasi adalah belajar memahami kearifan masyarakat lokal sementara Pak Dedi menyampaikan bahwa kehadiran peserta Trip Observasi kami terima dengan tangan dan hati terbuka, boleh ambil apapun hal baiknya dari kampung kami dan buang yang buruknya. Usai apel peserta dijemput oleh orang tua asuh dan bergabung untuk melaksanakan agenda Trip Observasi berikutnya.

Apel serah terima peserta Trip Observasi

Pengambilan Data Penelitian dan Peduli Kehidupan Desa

Setelah berkemas barang-barang dan mengganti baju, peserta bergerak mengunjungi rumah penduduk sekitar satu persatu untuk meneliti topik Pengambilan Data Penelitian (PDP) dan Peduli Kehidupan Desa (PKD) yang sudah ditentukan. Peserta dengan cermat menanyakan beberapa pertanyaan terkait topik kepada warga sekitar dan melakukan pengambilan sampel untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang situasi mengenai topik yang berkaitan di komunitas tersebut. Selain peserta dengan antusias menelaah kehidupan sehari-hari para warga di Kampung Depok Barakan, peserta TO juga mempersiapkan penampilan lintas budaya yang sudah dipersiapkan dari jauh hari. Jalan-jalan dimeriahkan oleh parade budaya dari Sabang hingga Merauke. Berbagai daerah direpresentasikan oleh masing-masing kelompok melalui baju adat dan poster. Tak sampai disitu, tari-tarian, nyanyian, makanan daerah, juga sejarahnya diceritakan secara menarik melalui sebuah pertunjukkan drama di kegiatan Lintas Budaya. Seperti kelompok Madura yang mempersembahkan budaya Madura dengan tarian tunduk majeng, dibalut dengan drama tentang turis yang mengunjungi tanah madura dan diperkenalkan dengan makanan khas daerahnya yaitu sate madura dan keripik singkong, dan juga tradisi karapan sapi. Kelompok Sunda memainkan musik tradisional untuk mengiringi tarian ekspresifnya, sementara makanan lokal berupa dodol disajikan kepada penonton untuk memaniskan penampilannya.

Lintas Budaya