Penulis : Nabila Alya Siregar (XI MIPA 1)

Raja Maroko, Mohammed VI, pada tanggal 9 September mengumumkan tiga hari berkabung nasional bagi para korban gempa bumi. Tercatat ada 2.946 korban tewas di Maroko usai gempa bumi yang terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam hari dengan kekuatan 6,8 skala Richter. Gempa bumi yang mengguncang sebagian besar wilayah Maroko ini telah menyebabkan korban cedera dan tewas di banyak provinsi, termasuk Marrakesh, Taroudant, dan Chichaoua. Pusat gempa berada di Pegunungan Atlas, yaitu sekitar 70 kilometer ke selatan dari Marrakesh di provinsi Al-Haouz.

Penyebab utama terjadinya gempa bumi di Maroko adalah terjadinya pemendekan pegunungan Atlas. Hal ini berdasarkan data GPS yang menunjukkan bahwa lempeng tersebut bergerak semakin mendekat satu sama lain sekitar 1 milimeter setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan kompresi dan geseran antar pelat tidak dapat dihindari sehingga menyebabkan gempa.

Reruntuhan bangunan akibat Gempa Maroko. Sumber: Republika.co.id

Menurut seismolog atau ahli gempa bumi asal Amerika Serikat, Richard Walker, faktor-faktor penyebab Gempa Maroko adalah jumlah penduduk yang relatif banyak dan jenis bangunannya rentan terhadap gempa. Gempa ini terjadi pada malam hari, tepatnya lewat jam 11 malam waktu setempat ketika penduduk sudah tidur di rumah. Jadi, banyak orang terjebak di keruntuhan.

Ilmuwan gempa dari Cornell University, Judith Hubbard, menjelaskan bahwa bagian Afrika Utara memang aktif secara seismik. Sebelumnya, Maroko juga pernah mengalami gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Ritcher yang terjadi di dekat kota pesisir Mediterania Al-Hoceima pada tahun 2004 dan 2016. Maroko juga pernah mengalami gempa bumi pada tahun 1960 dengan kekuatan 5,8 skala Ritcher.

Ahli geologi gempa dan komunikator sains, Wendy Bohon, juga angkat suara mengenai gempa bumi ini. Menurutnya, bukan gempa yang membunuh manusia, melainkan bangunan yang ada di sekitarnya.

Lokasi gempa ini juga menuai pertanyaan. Gempa ini terjadi di bagian selatan, jauh dari area utara tempat sebagian besar gempa di Maroko.

“Sebagian besar gempa di Maroko terkait dengan pergerakan perbatasan antara lempeng Afrika dan Eurasia. Tingkat bahaya seismik tertinggi diperkirakan terjadi pada bagian utara negara tersebut,” kata Ahli seismologi dan profesor emeritus dari California State Polytechnic University Pomona, Jascha Polet.

Pusat gempa berada sekitar 72 km barat daya Marrakesh, di mana beberapa bangunan bersejarah di kota tua, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, rusak. Gempa tersebut juga menyebabkan kerusakan besar pada Masjid Tinmel, bangunan bersejarah yang dibangun pada abad ke-12.

Penampakan Masjid bersejarah Tinmel pasca gempa. Sumber: travel.detik.com

Di Desa Tinmel, hampir setiap rumah hancur dan seluruh masyarakat kehilangan tempat tinggal. Bau bangkai puluhan hewan yang terkubur di bawah reruntuhan tercium hingga ke sebagian desa.

Selain mengakibatkan kematian, banyak ditemukan reruntuhan rumah-rumah di kota lama Marrakesh yang padat penduduk akibat gempa ini. Padahal, kota lama tersebut termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Gempa Maroko ini juga dimanfaatkan orang-orang jahat untuk melangsungkan pernikahan paksa anak perempuan di bawah umur dan sejumlah bentuk eksploitasi lainnya yang tersebar secara online di sana. Eksploitasi anak perempuan di bawah umur ini disanggah sebagai bentuk bantuan dalam penyelamatan anak-anak perempuan korban gempa. Hal ini membuat para aktivis dan organisasi hak perempuan waspada.

Gempa Maroko sangat dahsyat mengguncang Maroko dan meluluhlantakkan sejumlah wilayah. Banyak korban jiwa dan keluarga yang ditinggalkan. Saat ini, Maroko tidak hanya sedang dalam upaya penyelamatan, melainkan juga sedang berkabung.