Skycamp Vistrasaka 2025: Antara Pengalaman dan Tantangan

Skycamp Vistrasaka 2025: Antara Pengalaman dan Tantangan

Penulis: Audrielle Ionna Kacaribu XI-G dan Maura Amberlee Sidharta XI-E

Skycamp adalah acara perkemahan yang rutin dilaksanakan siswa kelas 11 dan 12 SMA Labschool Kebayoran sebagai penilaian wajib pramuka. Dibandingkan penilaian di kelas 10 yang pada tiap hari Rabu adanya acara pramuka, Skycamp hanya dilaksanakan dalam jenjang waktu beberapa hari. Skycamp tahun ini berlangsung pada tanggal 26-27 September 2025 di Bumi Perkemahan Ariloka, Bogor. 

Meski sudah lama tercantum dalam kalender akademik, pengadaan Skycamp tahun 2025 menerima protes dari sejumlah siswa yang merasa kegiatan ini memberatkan dan enggan untuk mengikuti. Mereka menilai kegiatan tersebut terlalu mendadak dan mengganggu waktu libur yang seharusnya dapat digunakan untuk beristirahat atau berkegiatan.

Pada Jumat, 26 September 2025, pukul 06.00 WIB, siswa-siswi Vistrasaka hadir di sekolah membawa perlengkapan mereka. Barang-barang tersebut dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tronton sebelum para siswa diarahkan menuju hall basket. Namun, keterlambatan beberapa tronton membuat sejumlah siswa belum dapat menyimpan barang bawaannya.

Upacara pelepasan kemudian dimulai. Setelah upacara dilaksanakan dengan simbol pembelahan kelapa oleh Kepala Sekolah, Pak Suparno, para siswa diberangkatkan menggunakan tronton menuju lokasi perkemahan. Setibanya di Bumi Perkemahan Ariloka, kegiatan sempat tertunda hingga siang hari. Waktu senggang itu dimanfaatkan banyak siswa untuk makan bekal atau bermain di Sungai Ciherang yang terletak di bawah Jembatan Merah.

Setelah kegiatan sholat Dzuhur dan keputrian pada siang hari, siswa mengikuti lima pos kegiatan. Pos pertama, yakni navigasi darat, menjadi tantangan awal dengan jalur menanjak yang curam. Kondisi ini membuat banyak siswa kaget karena tidak adanya persiapan fisik. Pada akhir pos, siswa diminta untuk menentukan azimut beberapa arah mata angin pada kertas selembar.

Di pos survival/bivak, siswa berlatih membuat bivak sederhana. Penilaian hanya diberikan pada bivak yang benar-benar rapi, sehingga beberapa tim cukup kesulitan. Sebagian tim lain mendapat bantuan dari anggota PALABS yang lebih terampil dalam simpul-menyimpul. Pos lainnya mencakup P3K menggunakan dasi pramuka, rappelling, penyeberangan sungai, serta tubing di aliran sungai. Namun, sejumlah peserta kehilangan barang karena arus sungai yang deras.

Sayangnya, cuaca buruk membuyarkan rencana api unggun dan kegiatan stargazing bersama Himpunan Astronomi Amatir Jakarta. Saat lomba kuliner berlangsung, hujan deras disertai angin kencang melanda perkemahan. Banyak tenda bocor, kompor basah, bahkan ada yang sempat meledak kecil karena terkena air. Dari total 38 sangga, hanya lima yang berhasil mengumpulkan hasil masakan.

Malamnya, siswa mendapat teguran keras dari pembina karena dianggap tidak disiplin dan kurang menunjukkan sikap problem solving. Namun, dari sisi peserta, teguran itu dianggap kurang wajar. Mereka merasa sudah berusaha semaksimal mungkin di tengah kondisi yang sulit: hujan deras, lomba memasak yang terhambat, hingga tenda yang bocor. Keletihan setelah seharian penuh aktivitas membuat banyak siswa merasa wajar bila tidak bisa selalu disiplin atau menunjukkan problem solving secara ideal. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan materi astronomi yang berakhir dengan sedikit hiburan berupa martabak untuk peserta.

Hari kedua dimulai lebih pagi dengan salat Subuh, diikuti kegiatan memasak yang menggantikan senam. Pergantian rencana ini dikarenakan belum semua sangga mengumpulkan makanan untuk lomba. Para siswa tampak lebih semangat memasak dari pada hari sebelumnya, terutama karena hujan telah reda. Setelah berkemas, siswa menghadiri upacara penutupan yang dialihkan ke aula karena lapangan becek. Ada pula materi singkat mengenai pengelolaan sampah.

Namun, perjalanan pulang kembali terkendala keterlambatan tronton. Rombongan terakhir menunggu hingga berjam-jam di bawah terik matahari, bahkan harus berdesakan karena jumlah kendaraan tidak sesuai ekspektasi. Beberapa siswa mengaku lelah, mual, dan mengalami kram setelah aktivitas fisik sehari sebelumnya.

Secara keseluruhan, Skycamp Vistrasaka menuai banyak kritik dari peserta. Mulai dari keterlambatan jadwal, hujan badai yang menggagalkan agenda utama, hingga koordinasi transportasi yang membuat siswa kelelahan. Meski ada momen berkesan seperti tubing atau kebersamaan di tengah hujan deras, banyak siswa menilai acara kurang terencana dengan baik.

“Kalau dipersiapkan lebih matang, sebenarnya Skycamp ini bisa jadi seru,” ujar salah satu siswa. Harapannya, evaluasi dari Skycamp Vistrasaka bisa menjadi bahan pembelajaran agar kegiatan serupa di masa depan lebih lancar dan memberikan kesan positif.

skypress

Related Posts

SpeakUp! 2025 :“Bloom Beneath the Spotlight”

SpeakUp! 2025 :“Bloom Beneath the Spotlight”

Pengetahuan Dasar dan Penelitian (PDP): Tidak Mendorong Umpan Balik Pemahaman Kontekstual dan Potensi Lokal

Pengetahuan Dasar dan Penelitian (PDP): Tidak Mendorong Umpan Balik Pemahaman Kontekstual dan Potensi Lokal

Trip Observasi (TO) SMA Labschool Kebayoran di Kampung Tajur: Belajar Mandiri, Berbudaya, dan Bermakna

Trip Observasi (TO) SMA Labschool Kebayoran di Kampung Tajur: Belajar Mandiri, Berbudaya, dan Bermakna

SkyCamp 2025: Catatan dari Perkemahan yang Sarat Pelajaran

SkyCamp 2025: Catatan dari Perkemahan yang Sarat Pelajaran