Penulis: Ghiffari XE, Aisha XC, Khada XE, Vinca XC
Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa loker angkatan ke-24 SMA Labschool Kebayoran yang diperuntukan mereka posisinya sangat tidak tidak tepat, tidak efektif, dan tidak strategis. Ketidaktepatan ini ditandai dengan letaknya yang jauh dari kelas mereka yang terletak di gedung baru sementara loker berposisi di gedung lama. Jauhnya letak loker bisa diilustrasikan sebagai berikut. Seorang siswa yang letak lokernya di gedung D, di area gedung lama, akan mengambil buku mapel tertentu. Maka dari gedung baru mereka harus melewati koridor gedung baru, melewati anek atau penghubung antar gedung, menyusuri koridor gedung C, menapaki gedung D dan berakhir di loker miliknya. Setelah mendapatkan buku yang menjadi target dia akan melakukan kebalikannya, sungguh melelahkan.
Kondisi ini berakibat Ketidakefektifan saat proses belajar. Hal ini pun sudah menjadi keluhan bersama angkatan ke-24. Keluhan sudah banyak disampaikan di kalangan mereka sendiri, disampaikan dalam tulisan eksposisi, anekdot, dan beberapa menyampaikannya dalam bentuk komik. Prinsipnya mereka komplain atas terlalu jauhnya ruang belajar dan letak loker.
Namun, manajemen sekolah belum merespon dengan positif sampai saat ini. Untuk memperkuat argumentasi bahwa demikian mendesaknya tata kelola loker maka angkatan 24 membuat jajak pendapat berkaitan dengan loker. Berikut adalah hasilnya.
Survei melibatkan siswa di angkatan 24 yang terdiri dari Kelas D : 24,1% = 27 orang, Kelas B : 23,2% = 26 orang Kelas C : 16,1% = 18 orangKelas E : 8% = 9 orang, Kelas F : 7,1% = 8 orang, Kelas G : 5,4% = 6 orang, Kelas H : 7,1% = 8 orang, Kelas I : 3,6% = 4 orang, dan Kelas A : 5,4% = 6 orang
Survei yang telah disebar oleh angkatan 24 dan direspon oleh 110 siswa kemudian berkembang menjadi 112 pada jam 13.05. Pertanyaan pertama berkesinambungan dengan pertanyaan berikutnya yaitu “apakah sekolah menyediakan loker?” Semua responden menjawab ya.
Selanjutnya survei mengarah pada posisi loker “Bagaimana letak lokermu dari posisi ruang belajar/kelas?” Semua responden menjawab jauh. Jawaban ini bisa dicermati melalui tabel berikut.
Survei menunjukkan bahwa 97,3% setuju bahwa jarak loker dengan kelas terlalu jauh. Pertanyaan seterusnya berhubungan dengan dampak apa yang dilakukan. “Apa yang dilakukan? Jika jawaban “jauh” dari ruang kelas“
109 respon = 66,1% = 72 orang memilih opsi biru, 22,9% = 25 orang memilih opsi merah,11% = 12 orang memilih opsi kuning. Data di atas ditafsirkan bahwa siswa akan memilih membawa semua perlengkapan dan buku ke rumah. Jikapun dibawa ke sekolah buku dan perlengkapan lebih memilih disimpan di kelas bukan di loker. Hanya 12 siswa yang menyimpannya di loker.
Pertanyaan sebaliknya diajukan ”Bagaimana jika loker ”dekat” dengan ruang belajar/kelas?”
77,8 persen siswa menjawab kuning, data ini mengindikasikan bahwa siswa akan menyimpan buku dan perlengkapan di loker karena jarak yang dekat. Sisanya 22,2% orang menjawab biru diartikan walaupun loker yang dekat tetapi tetap memilih membawa ke rumah. Data di atas sebagian besar siswa akan memanfaatkan loker sesuai dengan fungsinya.
Bagian akhir dari survei sederhana ini berujung pada ‘mendesak’ pengelola sekolah. Adapun bunyi pertanyaannya adalah “Hal yang paling mendesak yang harus dilakukan oleh sekolah adalah….” . 112 responden = 90,2% = 101 orang menjawab memindahkan loker ke gedung baru, 9,8% = 11 orang menjawab membiarkan sebagaimana adanya sekarang. 90,2% tentunya cukup menjadi referensi agar manajemen Labschool Kebayoran segera menata ulang, lebih tepatnya memindahkan loker ke gedung baru. Jajak pendapat ini memang sangat sederhana, tetapi pesan yang ingin disampaikan sangatlah jelas tidak perlu lagi ada alasan, sebab faktanya sangat kuat kecuali jika pengelola berkehendak agar loker hanya sebagai pelengkap tapi dibiarkan berkarat.