Penulis: Subhan
Jakarta Selatan – Rentang waktu antara Juli hingga Agustus, menjadi musim yang ‘agak panas’ buat mereka yang berkarier di perpolitikan SMA Labsky. Panas? Ya, karena antara waktu itu terjadi proses pergantian kepemimpinan pada kepengurusan OSIS dan MPK. Tentu saja alih generasi ini menjadi menarik karena masing-masing kelompok memiliki jagoannya masing-masing untuk bersaing dan diusung ke tampuk ketua OSIS.
Bukan perkara mudah untuk menjadi nomor satu di Labsky, ada banyak syarat yang harus dipenuhi, di antaranya lulus program wajib ketika kelas X seperti MPLS dan Bintak. Setelah lulus Latihan Kepemimpinan Siswa, dilanjutkan Tes Potensi Organisasi yang lebih familiar dengan TPO. Pasca mendapatkan sertifikat lulus TPO, belum tentu ‘lenggang kangkung’ dan tetiba hujan suara…..masih jauh saudara. Perlu manuver khusus agar warga Labsky dengan suka rela dan ikhlas memberikan suaranya kepada calon ketua umum tertentu.
Jumat (05/08/22), tampak lima baliho raksasa menghiasi pagar hijau yang membentang antara lapangan rumput dan lapangan konblok. Publikasi ini dipastikan bukan langkah awal, tetapi langkah lanjutan setelah sebelumnya ada rapat-rapat kecil, seperti pembentukan tim sukses (timses), kampanye lisan, kampanye tulisan, kampanye visual, audio visual, dan ‘penyusupan’ pada kelompok tertentu yang bisa jadi memiliki daya himpun suara. Adapun pemasangan baliho hanyalah satu dari gerakan tangkas dan cepat demi mendulang suara. Apabila disebut pencitraan tidak masalah, jika fakta sebenarnya demikian.
Menarik jika mencermati konten baliho dan menyimak beberapa hasil wawancara dengan para pemilih pemula, kelas X. Ada lima kontestan yang konsisten mengikuti kontestasi politik calon ketua umum OSIS periode 2022-2023, di antaranya adalah:
- Keira Andita Putri (nomor urut 1)
- Dzaka Muhammad Hakim (nomor urut 2)
- Anisah Fadilah (nomor urut 3)
- Naomyscha Attalie Mazza (nomor urut 4)
- Muhammad Nazhif Nugroho (nomor urut 5)
Struktur paparan baliho kontestan nyaris seragam, mereka bicara mengenai visi OSIS yang akan dibangunnya kelak dengan basic penguatan karakter seperti OSIS yang adaftif, solid, kekeluargaan, keadilan, komunikatif, tertib, dan proaktif. Demikian pula dengan visi sebagai aktualisasi misi seperti mengembangkan program kerja OSIS yang fokus pada pengembangan potensi, pelaksanakan tugas atau program kerja secara proaktif, berinisiatif tinggi, dan tanggap, serta menjalankan komunikasi dan kolaborasi dengan melibatkan semua siswa. Hanya satu baliho yang tampak berbeda, yaitu milik Naomyscha yang dilengkapi dengan slogan “dari kita, oleh kita, untuk kita.” Sementara kontestan lain tidak menampakkan slogannya.
Secara struktur, penjelasan baliho menekankan unsur yang sama dan seragam yaitu pada visi, misi, pengalaman organisasi, dan prestasi. Akan tetapi, konten masing-masing calon ketua umum teramat berbeda. Data inilah yang harus dicermati oleh para pemilih, supaya anggota OSIS dapat melakukan evaluasi mengenai visi dan misi kontestan terhadap penerapannya pada program ketika telah menjabat menjadi ketua OSIS.
Mengingat kembali sejarah pengalaman organisasi, kontestan calon ketua umum didominasi oleh calon yang berangkat dari aktivis OSIS SMP Labschool Kebayoran seperti Keira, Nisa, Hakim, dan Nazif. Sedangkan Naomyscha bermula dari aktivis OSIS SMP Labschool Cibubur. Empat kontestan ini dipastikan sudah memiliki kantong-kantong suara utamanya di kelas X karena mereka memiliki ikatan emosi sebelumnya ketika SMP. Namun, jumlah suara kelas X ini yang diperkirakan 50% dari total seluruhnya akan terpecah ke dalam empat kontestan sehingga tidak menjadi himpunan suara yang dominan. Sementara Naomyscha yang tidak berbasis sejarah SMP Labschool Kebayoran bisa jadi dipenuhi suara dominan selama mampu bermanuver dengan baik, dari mana? Ada 50% suara dari total kelas X yang tidak berlatar belakang SMP Labschool Kebayoran, ikatan emosi mereka lemah dengan empat kandidat yang berasal dari SMP Labschool Kebayoran. Mereka dipastikan akan menunggu tawaran dengan menyaksikan momen yang paling menentukan yaitu Debat Caketum. Apabila momentum menuju debat ini tidak dapat ditangani oleh Naomyscha dengan baik melalui sosialisasi programnya, ia akan dilibas habis oleh empat kandidat lain. Apakah ini salah? Tidak ada yang salah, hanya terdapat persaingan kecerdasan bermanuver menghimpun suara.
Bagaimana dengan kelas XI dan XII, umumnya mereka lebih matang dalam menentukan suara. Maklum kelas XI adalah teman seiring yang sudah sangat paham dengan kandidat. Mereka lebih paham juga karakternya, jadi kelompok ini amat sulit untuk dipindah-pindahkan dengan cara apapun, kecuali ada hal yang ekstrem dari kandidat. Demikian pula dengan kelas XII, mereka adalah kelompok yang membesarkan dan memfasilitasi untuk menuju ke Caketum. Kelompok ini sudah tidak antusias pada kemenangan kandidat tertentu, apalagi sampai saat ini, lima kandidat dinilai oleh mereka cukup mampu menjalankan program OSIS.
Demikian kira-kira manuver-manuver para kandidat, masih banyak lagi hal yang bisa kita cermati seperti tayangan video masing-masing kandidat serta survei-survei yang dilakukan melalui media online dengan beragam kreativitas timsesnya.
Selamat bermanuver para caketum, karena bermanuver demi pencitraan yang baik dan bukan kebohongan merupakan sebuah pahala.