Penulis: Letti dan Aqila
Proyek jembatan bagaikan bencana, para pekerja undur diri massal, apa yang terjadi di balik tirai di atas panggung penuh sandiwara Sanjaya?
“Tunggu! Ini salah. Tidakkah kalian sadar bahwa ada yang salah?!”
Apakah benar orang-orang sebuta ini ketika bergelimang harta? Kertas warna-warni yang hanya bisa memuaskan dahaga dunia. Bak tokoh utama dalam setiap kisah, pahlawan kita yang akan berjasa malam ini, Aryo, bertekad untuk membongkar kebenaran yang sesungguhnya.
Siapa lagi tangan di balik suksesnya Sanjaya kalau bukan Nirjaya? Wanita licik dan ambisius dengan senyum semanis nektar beracun. Dengan satu kali perintah, usaha Aryo menjunjung kebenaran membuatnya angkat kaki dari perusahaan.
Kehilangan pekerjaannya tidak membuat pahlawan kita putus asa. Tragedi tersebut bagaikan pemantik api yang ada di dalam jiwa Aryo. “Hidup itu bagaikan buku, yo. Di balik tiap halaman ada cerita baru, dan mungkin ini hanya salah satu bab yang harus lu lewati. Tapi ini bukanlah akhir dari kisah.” Dengan sokongan semangat dari Dipta, sahabatnya, juga Martin dan serikat buruh, tidak ada yang tidak mungkin. Mengikuti semboyan Indonesia: Aryo akan menjunjung keadilan sosial dengan membawa persatuan!
Jika ini bagian dari suatu bab dalam hidupnya, apakah Sang Penulis sengaja mempertemukan Aryo dengan sosok kerinduan? Rindu. Oh, begitu rindu dirasa Aryo jika terpisah dengan gadis itu barang sedetik pun. Sanjungan, hadiah sebuah buket bunga, ungkapan cinta, “Bunganya cantik, seperti yang diberi.”
Namun lagi-lagi, Aryo bukanlah tokoh utama dalam drama musikal romansa. Melainkan sebuah sandiwara belaka.
===========================================================
10 Agustus lalu, event besar SMA Labschool Kebayoran ‘SKYLITE’ baru saja menghadirkan drama musikal berjudul ‘Sandiwara’ di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Acara dibagi menjadi 2 sesi, yaitu pertunjukkan siang, dan pertunjukkan malam. Sepanjang hari berlangsung dengan meriah. ‘SKYLITE’ merupakan kerja keras oleh murid-murid SMA Labschool Kebayoran sendiri, mulai dari pembawa acara, pemeran, hingga pemain musik. Semuanya adalah bentuk dari kreativitas yang merupakan buah dari hasil latihan juga masa produksi selama berbulan-bulan lamanya.
Diawali dengan pembukaan oleh lagu dan tarian, para performer sukses menarik perhatian penonton dengan kisah berlatar belakang konflik dalam dunia buruh di perkotaan. Kontrasnya dengan ‘SKYLITE MUSICALS’ tahun lalu, ‘Kelana’ berlatar belakang pedesaan. ‘Sandiwara’ bagaikan menghirup udara segar bagi para penonton, disuguhi cerita apik yang kualitasnya tidak kalah kerennya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pencahayaan yang diatur sedemikian rupa, sehingga fokus kepada interaksi para pemain. Tidak hanya satu warna, pencahayaan musikal ini diatur memengaruhi suasana panggung. Merah muda untuk suasana romantis, dan merah menyala untuk suasana menegangkan.
Tidak lupa dengan properti yang digunakan pada pementasan, detail ruangan kantor dengan segala pernak-perniknya, hingga suasana kantin dengan stan-stan makanannya. Juga detail pemain pendukung di sekitar panggung, meramaikan suasana dengan kegiatannya masing-masing.
Seluruh pemain dengan usaha kerasnya, berhasil menunjukkan penampilan terbaiknya. Para pemain dengan nada bicara serta gerak-gerik mendalami peran masing-masing. Nirjaya dengan intonasi liciknya, Lala dan Lili dengan suara centilnya, Martin dengan suara tuanya. Dibersamai oleh nyanyian merdu para pemain di sela-sela drama.
‘SKYLITE’ tahun ini lagi-lagi berhasil mengaduk-ngaduk isi hati para penonton dengan scene favorit yang dielu-elukan, senandung melodi gabungan, duet antara Aryo dan Rindu yang bernyanyi tentang cinta. Cinta yang tidak ditakdirkan oleh semesta, membuat penonton tersentuh dan ikut membawa perasaan yang mereka alunkan.
Sorak-sorai penonton menggema dibawanya scene Aryo dan Rindu yang melepas rindu sejenak dengan dekapan hangat satu sama lain. Tirai pun diturunkan, menandakan berakhirnya… tidak, kisah mereka baru saja dimulai.