Penulis : Subhan, Diarra, Revin

Keberangkatan tim Musubi SMA Labsky

Mengingat persinggungan dengan Jepang sepertinya kita diajak masuk ke beberapa fase.

Fase pertama, fase kolonisasi, pemerintah militer Jepang di Indonesia menapakan kakinya setelah sukses menaklukan tentara Belanda. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar mendukung pemerintah Jepang dalam Perang Asia Timur Raya menawarkan slogan 3A. Jepang cahaya asia, pelindung asia, dan pemimpin asia. Tapi misi mencari simpati ini gagal karena perpecahan internal pengurus dan banyak pemimpin nasional yang bersikeras untuk tidak berpihak.

Saat masuk Indonesia, Jepang sudah menjadi negara fasis dengan ideologi fasisme. Fasisme adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan berada pada seorang diktator dan otoriter.

Negara fasis menjadi sangat nasionalis (chauvinistik), elitis, dan rasialis. Akibat ideologi ini rakyat Indonesia mengalami penjajahan paling brutal dan barbar ditandai dengan tindakan romusha, Genosida Mandor di Kalbar, dijadikan kelinci percobaan senjata biologis, dan pelecehan seksual Jugun Ianfu.

Fase kedua, masa kemerdekaan, salah satu hubungan bilateral yang memiliki sejarah yang kaya dan penting bagi Indonesia adalah hubungan dengan Jepang. Meskipun memiliki catatan kelam di masa lampau, hubungan antara Jepang dan Indonesia pasca kemerdekaan telah berkembang dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.

Kerjasama Indonesia dengan Jepang tahun 2015

Perjanjian Perdamaian Jepang-Indonesia pada tanggal 20 Januari 1958 dan dijalinnya hubungan diplomatik sejak saat itu.

Hubungan perdagangan yang saling menguntungkan karena Indonesia kaya akan sumber daya alam sementara Jepang menguasai teknologi dan pasar sehingga saling membutuhkan antara Indonesia dengan Jepang. Serta ekonomi Jepang yang sudah tidak diragukan lagi.

Komoditi penting yang diimpor Jepang dari Indonesia adalah a.l. minyak, gas alam cair, batubara, hasil tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik, dll. Di lain pihak, barang-barang yang diekspor Jepang ke Indonesia meliputi mesin-mesin dan suku-cadang, produk plastik dan kimia, baja dan sejenisnya.

Penggalan hitam dan putih ini menjadi salah satu lantaran pelaksanaan program Musubi untuk yang ke sekian kalinya dalakukan.

Labsky bersama dengan mitra wisata Kita Edu Tour mencoba mendalami peradaban, pendidikan, kehidupan sosial-ekonomi Jepang kekinian dan merajut kebersamaan antarsiswa.

Berikut laporannya.

Keberangkatan

Tim musubi SMA Labsky

Dengan menaiki pesawat maskapai ANA pada jam 07.05 (waktu Jakarta) kami meninggalkan atmosfir Jakarta menuju bandara Tokyo. Untuk menghindari kebosanan di pesawat umumnya peserta Labsky mengutak-atik chanel yang tersedia di depan kursinya. Sesekali memperhatikan aktivitas pramugari, menerima layanannya, mencermati penampilannya dan menyimak obrolan antarmereka yang sama sekali gak ngerti setidaknya mengurangi kejenuhan di ruang terbatas pesawat ANA.

Tepat jam 16.30, waktu Jepang pesawat yang ditumpangi mendarat di bandara Haneda, Tokyo.

Di bandara ini kami transit beberapa jam untuk lanjut ke Osaka. Tak banyak yang dapat dilakukan di bandara ini kecuali jalan-jalan dan menikmati kuliner dekat dengan titik kumpul.

Jam 19.15 kami melanjutkan perjalan dari Tokyo ke Osaka dengan maskapai yang sama tapi beda awak kapal. Dengan menempuh waktu selama 1.5 jam, akhirnya kami sampai di Osaka dan menginap di hotel Apa Hibashi Ekimae.
Langsung saja semua peserta ‘menjemput impian’ setelah menikmati Bento asli Jepang.

Salah satu tempat makan di Jepang

Lepas Rindu di Nishiyamato

Rabu, 17 April ’24

Terjadi insiden kecil tapi ngepeknya besar bagaimana tidak besar ketika sebagian siswa sudah sarapan dan siap melepas rindu… eh dua siswa belum terlihat batang hidungnya. Agenda yg harusnya dilaksanakan jam 07.45 molor s.d. jam 08.25. nasib….nasib. Tapi ya sudahlah bagaimanapun ini tetap harus jadi evaluasi bersama.

Presentasi dengan Nishiyamato Gakuen

Nishiyamato Gakuen, satu lembaga sekolah yang siswanya pernah berkunjung ke Labsky sekian bulan lalu. Tentunya sekian bulan itu terjadi komunikasi interaktif antarsiswa yang cukup meninggalkan kesan manis. Biasanya sesuatu yg manis akan berakibat rindu.

Kerinduan itu mereka ekspresikan melalui presentasi tentang Jepang dari siswa Nishiyamato, profil sekolah, musim di Jepang, kuliner, aktivitas akademik, ekstrakulikuler, dll. sementara dari Labsky tampil memikat Diara dengan tarian Betawi Ngamprok. Usai itu siswa Labsky diajak keliling lokasi dan bermain game serta olahraga bersama.

Bermain dengan teman-teman Nishiyamato Gakuen

Di sisi lain Bapak dan Ibu guru pendamping pun berdiskusi secara mendalam berkaitan pembinaan penegakan disiplin, pencapaian prestasi akademik, dilanjutkan keliling meninjau sarana prasarana sekolah.

Ditemui beberapa hal unik dalam pembinaan kedisiplinan. Semula menganut peraturan kaku dan sangat intoleransi tetapi sekarang peraturan dibuat lebih fleksibel. Apa yang melatari perubahan itu? dijelaskan oleh pihak sekolah Nishiyamato bahwa di PT pun tidak diberlakukan hal sekaku itu. Ketika ditanyakan tentang materi agama dan pendidikan nasionalisme, mereka menjawab hal seperti itu sudah sudah tidak dipelajari lagi.

Kegiatan di Nishiyamato Gakuen

Tak terasa waktu bergulir tepat jam 12.00 kegiatan di Nishiyamato usai. Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan kepergian bus kami dihantarkan dengan lambaian tangan dan senyuman.

Selanjutnya, kami bergerak menuju ke Ritsumeikan University, sebuah universitas swasta yg berlokasi di Osaka. Di sini kami diberikan informasi mengenai Ritsumeikan secara umum, dan tentang prodi-prodi internasional yang meliputi prodi dengan bahasa pengantar bahasa Jepang maupun bahasa Inggris. Kami juga mendapatkan informasi mengenai pengurangan biaya dan beasiswa MEXT (Kementerian Pendidikan Jepang). Setelah pengenalan prodi kami dipandu oleh pihak universitas untuk mengelilingi daerah kampus.

Suasana di Ritsumeikan University

Jam 16.04 sampai hotel Universal Port. Sebelumnya rombongan akan menuju ke Osaka Castle, tetapi berubah menuju ke universal studio Japan. Di Universal Studio Japan, kami menaiki berbagai wahana seperti Harry Potter, Minion, dan lain sebagainya sampai tempatnya tutup di pukul 19.00. Kami memilih untuk berkunjung ke Universal Studio Japan karena merupakan salah satu tempat rekreasi yang paling terkenal di dunia dan di Jepang.

Suasana bersekolah di Jepang :

(Bersambung)