Penulis : Anindita Syifa S. (XI IPS 1)
Yogyakarta ─ Hari kedua Vadastara di Yogyakarta diawali dengan langit yang terbilang cukup mendung.
Setelah sarapan di hotel, kami bergegas menuju Universitas Gadjah Mada atau UGM untuk
melakukan tur kampus dan mendapatkan pemaparan materi sesuai dengan fakultas yang
dipilih. Sebelum memulai tur kampus, kami berfoto di depan Graha Sabha Pramana, sebuah
gedung serbaguna ikonik yang terletak di dalam kompleks UGM. Foto pada hari itu diambil
dibawah hujan gerimis, dan kami pun akhirnya berpisah menuju fakultas masing-masing.
Pemaparan materi berkisar pada profil fakultas tersebut dan berbagai cara untuk mengikuti
seleksi yang diadakan untuk kami nanti.
Setelah pemaparan yang cukup, kami juga diajak untuk mengitari area fakultas masing-masing.
Kami masuk ke dalam perpustakaan, ruang mata kuliah, dan berbagai fasilitas yang ditawarkan
masing-masing fakultas. Salah satu fasilitas yang ditawarkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
adalah sebuah perpustakaan yang nyaman dengan banyak tempat duduk. Selain itu, juga ada
kafe di sekitar FEB yang dikelola oleh mahasiswanya sendiri.
Selesai dari UGM, kami melanjutkan perjalanan menuju Kampung Batik Giriloyo, yang
membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sampai di sana, kami disambut dengan pemaparan
materi singkat tentang sejarah kampung tersebut, serta tata cara dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk membatik. Kami kemudian dipecah menjadi kelompok berisikan lima orang
untuk melakukan aktivitas membatik.
Tiap kelompok didampingi oleh satu pengrajin asli dari kampung tersebut, dimana kami akan
diajarkan secara dibina untuk memulai proses membatik. Setiap orang mendapatkan selembar
kain dan sebuah canting, dan terdapat mangkuk berisi lilin cair di atas sebuah tungku untuk
menggambar polanya. Ternyata proses membatik membutuhkan kesabaran yang tinggi, dimana
terkadang lilin akan terhambat keluar dari canting karena adanya lilin yang membeku ketika
sedang menggambar pola di kain.
Setelah selesai menggambar pola menggunakan lilin tersebut, kain kami diserahkan kembali
kepada pengrajin di tiap kelompok untuk diwarnai, dan hasil akhirnya akan dibagikan ketika
kami kembali di Jakarta. Aktivitas membatik selesai, dan kami diberikan waktu luang untuk
keliling di area tersebut, dimana terdapat sebuah galeri dan toko yang menjual hasil batik
pengrajin di Giriloyo.
Aktivitas Vadastara pun berakhir di Kampung Batik Giriloyo, dimana hari itu diakhiri dengan
makan malam di RM Ambar Ketawang sebelum melanjutkan perjalanan menuju hotel.
Walaupun kami sampai tidak terlalu malam, tidak ada waktu bebas bagi kami kembali
menelusuri sudut-sudut Yogyakarta malam itu seperti malam sebelumnya, dikarenakan jarak
destinasi kami di esok hari cukup jauh sehingga kami perlu bangun pagi.