Penulis: Hanna Rashiqa XI MIPA 1
Jakarta Selatan – Pembelajaran untuk kelas X dan XI pada Jumat (26/08/2022) dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing dengan merujuk pada tugas struktur yang sudah diedarkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan kelas XII melaksanakan kegiatan Ujian Karya Tulis. Pengembangan Karya Tulis pada beberapa tahun lalu didasarkan pada pilihan program. Siswa dengan program MIPA diwajibkan melakukan pengembangan karya tulis dengan mengangkat program-program MIPA atau berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. Demikian juga dengan IPS, siswa IPS wajib memilih topik berkenaan dengan program-program IPS. Dibolehkan seorang siswa program MIPA mengambil materi non-MIPA, misalnya materi agama tetapi tidak boleh meninggalkan unsur MIPAnya. Contohnya topik yang diangkat yaitu “Hewan Babi Haram dan Pengaruhnya pada Kesehatan,” siswa harus mengembangkan unsur agama dan MIPAnya.
Namun, kebijakan yang disampaikan oleh ketua panitia yaitu Ibu Wulan sedikit berbeda. Dalam tanggapan dari pertanyaan jurnalis, ia menyatakan bahwa kebijakan pengembangan karya tulis tidak berdasarkan pada program tetapi lebih pada keberminatan siswa. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya siswa MIPA yang mengambil topik tentang seni. Ada beberapa siswa MIPA juga yang mengangkat topik seni tari. Adapun alasan lain, Bu Wulan menyebutkan bahwa kebijakan ini diambil karena kegiatan karya tulis diawali pada fase pandemi. Hal ini berakibat pada rumitnya siswa untuk berkonsultasi dengan guru. Selain itu, ia juga menyebutkan terbatasnya guru MIPA, sehingga layanan konsultasi menjadi tidak maksimal.
Secara keseluruhan ada 14 materi pelajaran yang diangkat menjadi beberapa topik, diantaranya adalah Sosiologi, PAI, Biologi, Fisika, Kimia, BK, Bahasa, TIK, MAtematika, PKU, Ekonomi, Sejarah, PKN, Olahraga, dan Seni. Proses pengujian diadakan pada hari Jumat dan Sabtu lalu.
Berkaitan dengan nilai manfaat program ujian karya tulis, Dian, salah satu siswa Angkatan Viscakara mengatakan, “Karya tulis memiliki manfaat untuk siswa karena karya siswa memaksa siswa untuk berliterasi. Selain itu, mengajak siswa untuk bernalar secara sistematis dan ilmiah.”