Penulis: Damar A. Muhammad
Penyunting: Davy Julian Ibrahim

Museum Bank Indonesia. (istimewa)

Karena seluruh dunia berada dalam karantina dan kesenangan duniawi sudah terasa ilegal, kunjungan-kunjungan edukasi sekolah secara fisik hampir seluruhnya tidak mungkin. Tetapi, meskipun kita tidak bisa mengunjungi suatu tempat secara langsung, bukan berarti kita tidak bisa merasakan bagaimana memasuki sebuah gedung bersejarah dan belajar dari situ. Dan tim pemandu dari Museum Bank Indonesia mungkin juga memiliki pemikiran yang sama. Solusinya? Mengadakan sebuah tur virtual melalui Zoom. Hanya dengan berbekal laptop dan koneksi internet yang stabil — walau itu jarang terjadi akhir-akhir ini — kita dapat menikmati pengalaman menapakkan kaki ke dalam tempat bersejarah tersebut. Dan kebetulan saja, 9 Oktober 2020 lalu, saya bersama teman-teman dari kelas X IPS mengikutinya dan mengalaminya secara langsung.

Hari kami diawali dengan pembelajaran biasa, walau jam pelajaran pertama kami yaitu ekonomi bersama dengan Pak Afdar ditukar dengan jam pelajaran lain dengan alasan menyamakan jam pelajaran ekonomi dengan jam bermulainya program tur virtual. Setelah jadwal pembelajaran pertama selesai, kami pun “Leave” dari Zoom dan berganti ke ruang Zoom yang sudah disediakan oleh tim pemandu.

Setelah memasuki Zoom Meeting Museum Bank Indonesia, kita disambut oleh Kak Jordan, Kak Radhi, beserta tim pemandu MBI lainnya. Setelah kata-kata sambutan dari perwakilan tim managemen Museum Bank Indonesia, kami diajarkan mengenai asal muasal terbentuknya Museum Bank Indonesia, mulai dari pembangunan awalnya sebagai sebuah rumah sakit, kemudian sebagai bangunan Javanische bank, lalu sebagai gedung pertama Bank Indonesia, dan pada akhirnya pada tanggal 21 Juli 2009, dijadikan sebagai sebuah museum oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pertama, kami diperlihatkan sebuah konter teller yang dipakai ketika bank masih beroperasi. Kemudian melalui lensa kamera, kami ditunjukan ruang teater yang biasanya menayangkan video-video edukasi yang dapat ditonton oleh pengunjung.

Kemudian kami “berjalan” melewati ruang yang menampilkan sejarah Indonesia dari segi ekonomi dan peran Bank Indonesia di dalamnya. Kami belajar tentang bagaimana suasana kesibukan Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa lampau, pembentukan Javanische Bank dan perannya dalam kolonialisme belanda, kebijakan keuangan Jepang dan konsekuensinya, nasionalisasi Javanische Bank menjadi Bank Indonesia dan perannya dalam berbagai rezim Indonesia, hingga menjadi lembaga independen pasca-98 dan pembentukan lembaga pengawasan keuangan seperti OJK. Pada akhir bagian tersebut, kami juga diajarkan mengenai bank syariah dan alasannya sistem bank tersebut selamat dari krisis moneter.

Setelah keluar dari ruang tersebut dan melakukan pergantian pemandu, kami kemudian disuguhkan video berisi tentang ruang-ruang selanjutnya karena masalah internet. Dalam video ini, dinarasikan oleh Kak Jordan, kami melihat ruangan emas dan 23 tumpukan emas aslinya, ruang PPU, dan yang paling penting, ruangan numismatik dimana pengunjung dapat melihat koleksi uang-uang dari masa lalu hingga masa sekarang dari berbagai belahan dunia. Terakhir, kita melewati ruangan arsitektur dan mempelajari mengenai latar belakang pembangunan gedung ini.

Akhirnya, tur virtual Museum Bank Indonesia pun selesai. Kami mengakhiri acara dengan sesi tanya jawab dengan yang berhasil menjawab (dan satu orang memberi pertanyaan) akan mendapatkan hadiah. Setelah beberapa kata penutup, acara kami dinyatakan selesai. Kami langsung menekan tombol “Leave” dan menikmati satu jam istirahat kami.