Penulis: Yumna Aqila (XI MIPA 4)

Ekspresionisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh & Analisis - serupa.id
Sumber: serupa.id

Berjalan menyusuri lorong berderet lukisan; ada yang sepertinya hanya corat-coret saja, ada yang terlihat bagaikan objek aslinya, ada yang berisi kumpulan benda abnormal. Pameran lukisan. Meski terkadang tidak mudah mengerti makna dibalik goresan cat pada berbagai media, tetap saja membuat tiap orang kagum melihatnya. Kegiatan melukis sendiri sudah ada sejak zaman manusia purba. Mereka melukis pada dinding gua yang ditempatinya; sesuatu yang kita kenal dengan istilah “Cave Painting.” Seni melukis terus berevolusi dari zaman ke zaman, mulai dari gayanya, objeknya, serta medianya. Banyak seniman legendaris dari tiap era yang menghasilkan karya bernilai hingga triliunan rupiah, bahkan yang tidak dapat dihargakan saking bernilainya. 

Memasuki era digital ini, media seni makin meluas, dari tradisional hingga digital. Munculnya media digital membuat seni semakin mudah dijangkau, hanya dengan membuka sosial media saja anda dapat menemukan berbagai karya seni. Di Indonesia, banyak remaja yang memiliki passion dalam bidang seni, mengekspresikan diri mereka lewat karya-karya mereka, bahkan hingga menempuh pendidikan lanjut pada bidang tersebut. Tetapi sangat disayangkan, masih banyak masyarakat Indonesia memandang sebelah mata bidang seni tersebut, lebih-lebih seni tradisional. Mengapa begitu? Menurut mereka, bekerja di bidang seni tidak menjanjikan, bahkan banyak orang yang menggemari seni malah dicap “gila” karena ide-ide mereka yang dipandang terlalu eksentrik. Hal ini membungkam banyak sekali remaja dengan potensi seni luar biasa, hanya karena pandangan “kolot” masyarakat.

Bagi warga Indonesia—negara yang kaya akan seni budaya—memandang seni sebagai hal yang negatif sangat disayangkan. Menurut saya, akar dibalik pemikiran bahwa pilihan pendidikan lanjut hanya valid jika dapat menghasilkan uang yang banyak (salah satu alasan mengapa orangtua banyak menganjurkan kuliah hukum atau kedokteran). Pasalnya, tujuan menempuh pendidikan lanjut tidak selalu untuk karir, bahkan karir tidak melulu yang memberi penghasilan melimpah. Manusia diciptakan beragam, tak hanya secara fisik, tetapi juga secara kepercayaan, prinsip, kegemaran dan masih banyak lagi. Sudah jelas bahwa kita tidak bisa menyamaratakan hal-hal tersebut; ada yang berbakat dalam bidang seni, ada yang dalam bidang matematika, ada yang kuliah untuk mendapat gelar, ada yang untuk ilmunya.